Rabu, 22 Juni 2011

Membangkitkan Motivasi

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Motivasi juga merupakan suatu keadaan yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku dalam melakukan sesuatu.

Terbentuknya motivasi berasal dari dua jenis, yaitu berasal dari diri sendiri (internal) dan juga berasal dari lingkungan. Motivasi internal adalah motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada faktor luar yang mempengaruhi. Motivasi ini lebih menekankan nilai dari kegiatan itu sendiri dari pada penghargaan dari luar. Motivasi internal masih dibagi lagi menjadi dua yaitu, determinasi diri dan pilihan personal. Determinasi disini maksudnya adalah kita melakukan sesuatu karena kita mau melakukannya bukan karena paksaan atau imbalan. Sedangkan pilihan personal adalah kita melakukan sesuatu karena kita merasakan perasaan bahagia dan menyenangkan, kita merasakan kepuasan tersendiri ketika selesai melakukan sesuatu. Motivasi yang muncul dari dalam diri misalnya, kita melakukan suatu pekerjaan karena kita ingin mengembangkan diri dalam bidang pekerjaan tersebut bukan karena faktor luar seperti hukuman dan imbalan.
Berbeda dengan motivasi ekternal yaitu motivasi yang muncul karena dorongan dari luar baik itu berupa hal yang positif seperti imbalan, reward, hadiah, penghargaan dan lain-lain maupun hal yang negatif seperti, hukuman, paksaan dll. Contiohnya kita bekerja karena gaji yang akan kita dapatkan setiap bulannya.
Motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, sebab kita dengan sadar ingin melakukan sesuatu bukan karena imbalan, pujian, hukuman dan lain-lain tetapi karena kita memang menginginkannya.
Sesuatu yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang adalah intensitas sejauh mana faktor internal dan eksternal memberikan dorongan. Semakin kuat dorongan dari dalam maupun dari luar akan memberikan motivasi yang semakin besar bagi seseorang. Seseorang yang bekerja dengan menghasilkan penjualan sebanyak 20 produk akan mendapatkan uang sebesar 500 ribu, ia akan termotivasi untuk menjual lebih jika kompensasinya lebih besar dan lebih besar lagi dari pada sebelumnya.

Tanpa motivasi maka seseorang tidak akan melakukan apa-apa, kita makan, minum, bersosialisasi, bekerja, belajar, berhubungan dengan lawan jenis, semua membutuhkan motivasi, baik itu motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri maupun karena faktor luar.

Motivasi dari dalam diri adalah motivasi yang paling kuat bertahan dibandingkan motivasi yang muncul karena faktor eksternal. Mengapa? Sebab faktor luar biasanya berupa imbalan, hadiah, penghargaan dll dan itu mudah berubah. Jika faktor luar tersebut hilang, maka motivasi kita dapat turun dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya kita bekerja keras untuk dapat melebihi target yang di tetapkan oleh atasan kita, dengan iming-iming bonus di akhir bulan. Ketika bonus tersebut dihilangkan, kita bisa saja menurunkan produktifitas kerja atau bahkan tidak berniat lagi mengejar penjualan melebihi target yang diberikan.

Mulailah dengan memotivasi diri sendiri, poin paling penting adalah: apa yang sebenarnya anda cari, untuk apa anda melakukannya, dan apa yang anda peroleh dengan melakukannya, tanyakan pertanyaan tersebut pada diri anda. Jika sudah, buatlah itu menjadi tujuan anda dalam melakukan sesuatu. Buatlah sebuah perencanaan untuk mencapai itu, baik perencanaan harian, mingguan atau bahkan bulanan. Jika anda merasakan kesulitan, maka cobalah berpikir alternatif dan mencari dukungan. Bahkan ketika anda berhasil mencapai tujuan anda, berilah kompensasi pada diri anda sendiri, misalnya dengan mentraktir diri sendiri, memuji diri, atau memberikan apresiasi bagi diri anda.

Motivasi akan terjaga dengan baik jika kita mempertahankan motivasi internal atau motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga memunculkan dorongan, semangat, gairah dalam melakukan sesuatu atas inisiatif diri sendiri. Lakukanlah sesuatu yang memang membuat diri kita benar-benar menyukainya, lakukan sesuatu karena kita menginginkannya, bukan karena paksaan, hadiah, imbalan, pujian, penghargaan dan lain-lain.

Memotivasi orang lain bisa dengan dua cara, menumbuhkan motivasi internalnya atau motivasi ekternal. Memotivasi orang secara internal dimana motivasi tersebut tumbuh dari dalam diri orang tersebut, lebih sulit dibandingkan dengan menumbuhkan motivasi yang muncul karena faktor luar.
Mengapa lebih sulit, sebab kita masuk ke dalam pemikiran dan keyakinan seseorang ketika menumbuhkan motivasi internal. Bagaimana kita membuat orang tersebut mau melakukan sesuatu karena memang orang itu ingin melakukannya bukan atas imbalan, pujian, gaji, uang dll. Memang susah, tetapi cara yang bisa dilakukan adalah dengan merubah pandangan negatif dari seseorang menjadi pandangan yang lebih positif, dengan catatan orang tersebut memang mau untuk merubah dirinya.
Akan lebih mudah jika kita menumbuhkan motivasi eksternalnya. Caranya dengan memberikan “pandangan ke depan”, tentang apa yang akan ia dapatkan nantinya, seperti ketika ia berhasil, ia akan mendapatkan hadiah, reward, pujian, pangkat, uang, dll. Bahkan kita juga bisa dengan sedikit menakut-nakuti “bukan untuk menjerumuskan”, apa konsekuensi negatif jika orang tersebut tidak melakukannya. Dengan ia mengetahui konsekuensi negatifnya maka diharapkan ia mau melakukannya.

Tipe Kepribadian

Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian. Teori yang paling popular dan terus dikembangkan adalah teori Hipocrates- Galenus. Yang merupakan pengembangan dari teori Empedokretus.
Berdasarkan pemikirannya, ia mengatakan bahwa keempat tipe temperamen dasar itu adalah akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat penting di dalam tubuh manusia :
1.    Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning)
2.    Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
3.    Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir)
4.    Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah)




Berikut adalah gambaran dari penggolongan manusia berdasarkan keempat bentuk cairan tersebut.
1. Sanguine
Sanguine yang periang adalah temperamen yang hangat, bersemangat, lincah dan “menyenangkan”. Ia dapat menerima segala keadaan, dan kesan-kesan yang dilihatnya dapat dengan mudah mempengaruhi hatinya yang dengan cepat memberikan tanggapan. keputusan-keputusannya lebih banyak ditentukan oleh perasaan dari pada pemikirannya. 

Orang Sanguine memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menyukai dirinya sendiri, dan biasanya ia menularkan sifatnya yang hangat itu. Bila ia masuk ke sebuah ruangan yang banyak orangnya, ia mempunyai kecenderungan untuk membangunkan semangat setiap orang yang ada di situ dengan kelancaran percakapannya yang riang gembira. Ia dapat membawakan cerita dengan menarik karena sifatnya yang hangat dan penuh emosi itu seakan-akan menunjukkan bahwa ia sedang mengalami apa yang diceritakannya itu. Ia tidak pernah kekurangan teman. Ole Hallesby mengatakan, “sifat seorang Sanguine yang naif, spontan dan periang itu membuat banyak orang senang kepadanya”. 
Ia dapat benar-benar ikut merasakan sukacita dan kesusahan orang-orang yang dihadapinya dan dapat membuat orang yang dihadapi itu merasa dirinya penting, seakan-akan seorang sahabat yang istimewa dan demikian juga orang lain yg ditemuinya diperlakukan sama olehnya.
Ia menyukai orang-orang, tidak senang dengan kesunyian. dan yang paling senang ialah bila ia dikelilingi teman-temannya, di mana ia menjadi pusat perhatian mereka. Ia mempunyai banyak sekali cerita menarik yang tidak akan pernah habis, yang diceritakannya secara dramatis sehingga membuat ia disukai baik oleh anak-anak maupun orang dewasa, dan biasanya ia terkenal di dalam
pesta-pesta atau perkumpulan-perkumpulan sosial.
Orang Sanguine tidak pernah kehabisan kata-kata. Ia seringkali berbicara dahulu sebelum berpikir, tetapi sikapnya yang tulus dan terbuka itu membuat orangorang tidak melawan atau menolak dia, sehingga mereka memberikan tanggapan terhadap perasaan hatinya. 

Cara hidupnya yang bebas (tidak terikat), yang kelihatan penuh gairah dan terbuka seringkali membuat orang-orang yang temperamennya lebih pemalu merasa iri hati kepadanya.
Caranya berbicara yang ramai dengan suara keras dan ramah tamah itu membuat dia tampak lebih mantap daripada keadaan dirinya yang sesungguhnya, tetapi semangatnya dan perilakunya yang menyenangkan itu dapat membawa dia
melewati liku-liku kehidupan yang berat. 

Orang yang selalu mempunyai alasan untuk memaafkan kelemahan-kelemahannya dengan mengatakan “Yah, emang begitulah sifat si periang itu.”
Dunia ini diperkaya oleh orang-orang sanguine yang periang semacam itu.
Mereka cocok sekali untuk menjadi salesman, pekerja di rumah sakit, guru, ahli bicara, aktor, ahli pidato dan kadang-kadang mereka dapat menjadi pemimpin yang baik. 

Keperluan-keperluan rohani yang terutama bagi temperamen Sanguine ialah “penguasaan diri, kesabaran, iman, damai sejahtera dan kebaikan”.

2. Choleric.
Tempramen Choleric yang keras ialah temperamen yang penuh semangat, bertindak cepat, aktif, praktis dan berkemauan keras. 

Seringkali ia merasa puas terhadap dirinya sendiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain. 
Ia cenderung untuk bersikap tegas dan berpendirian teguh, mudah membuat keputusan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Orang Choleric selalu penuh dengan aktivitas. Sebenarnya, bagi dia “hidup adalah aktivitas”. 

Ia tidak perlu harus dirangsang oleh keadaan sekelilingnya, tetapi malah ia lebih banyak merangsang keadaan sekelilingnya dengan gagasan, rencana-rencana dan ambisinya yg tidak pernah habis. 
Aktivitasnya selalu mempunyai sasaran, karena ia mempunyai pikiran yang tajam dan praktis, dapat membuat keputusan-keputusan segera yang logis atau merencanakan suatu proyek jangka panjang yg sangat berguna. 
Ia tidak akan terombang-ambing karena tertekan oleh apa yang dipikirkan orang lain. Ia bersikap tegas dalam menghadapi persoalan-persoalan dan seringkali ia dengan berani melawan ketidakadilan sosial atau keadaan-keadaan yang tidak benar.
Ia tidak takut terhadap kesengsaraan, sesungguhnya kesengsaraan itu justru membangunkan semangatnya.

Ia telah mempunyai keputusan yang mantap dan seringkali ia berhasil di mana orang lain mengalami kegagalan. Hal ini bukan karena rencana-rencananya lebih baik daripada rencana-rencana orang lain, tetapi karena ia “terus maju” meskipun orang lain sudah putus asa dan berhenti.
Bila pepatah “Menjadi pemimpin adalah karena bakat, bukan karena latihan” itu benar, maka ia adalah orang yang berbakat memimpin.
Emosinya adalah bagian temperamennya yang paling tidak menonjol. 

Ia tidak mudah untuk memberikan simpati kepada orang lain, dan ia juga tidak dapat menunjukkan atau menyatakan rasa kasih secara wajar. 
Ia sering merasa bingung atau muak melihat orang lain menangis. 
Ia kurang dapat menghargai karya-karya seni yang tinggi, perhatian utamanya hanya ditujukan kepada nilai-nilai kehidupan yang mendatangkan faedah.
Ia dapat segera melihat kesempatan yang ada dan dengan cepat mendiagnosa cara yang terbaik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan itu. Cara berpikirnya sistematis, walaupun hal-hal yang kecil-kecil biasanya membosankan baginya. 

Ia tidak bisa memeriksa secara teliti, tetapi ia cepat untuk memberikan penilaian yang berdasarkan intuisi, oleh sebab itu ia cenderung untuk melihat pada sasaran dari apa yang sedang dicapainya tanpa melihat adanya perangkap-perangkap dan halangan-halangan yang mungkin timbul di tengah jalan. Sekali ia telah mulai melangkah menuju sasarannya ia dapat berlari tanpa mengindahkan orang-orang yang menghalangi jalannya. 
Ia cenderung untuk bersikap menguasai dan mengatur, dan ia tidak segan-segan memperalat orang lain untuk mencapai maksud-maksudnya. Seringkali ia dianggap seorang oportunis. Dari antara semua jenis temperamen, mungkin ialah yang paling banyak memerlukan sifat-sifat rohani, yaitu kasih, damai sejahtera, kemurahan, kesabaran, kelemah lembutan dan kebaikan.
Para Jenderal dan pemimpin-pemimpin besar di dunia ini, kebanyakan adalah orang-orang yang mempunyai jenis temperamen Choleric. Orang Choleric dapat menjadi seorang eksekutif (pelaksana) yang baik, pencetus gagasan, produser, dikatator, atau bahkan seorang penjahat, tergantung pada standard moralnya. Sama seperti orang Sanguine, biasanya ia adalah seorang extrovert, meskipun agak kurang menonjol.

3. Phlegmatic
Menurut Hippocrates, cairan tubuh yang menghasilkan temperamentemperamen yang tenang, dingin, lamban, santai, dan stabil disebut Flip Phlegmatic. 

Bagi orang Phlegmatic, hidup adalah pengalaman yang membahagiakan dan menyenangkan, tanpa pengalaman-pengalaman yang menggetarkan jiwa, dimana ia sebanyak mungkin tidak mau melibatkan diri dalam persoalan apa pun. 
Orang Phelgmatic adalah orang yang sangat tenang dan santai sehingga nampaknya ia tidak pernah merasa terganggu, bagaimanapun keadaan di sekelilingnya. 
Ia sukar sekali marah dan jarang sekali meluapkan emosinya. 
Orang Phlegmatic adalah orang yang memiliki tipe temperamen yang tetap sama setiap kali anda bertemu dengan dia. Di balik temperamennya yang dingin, acuh dan sifatnya yang seakan-akan pemalu itu, terdapat beberapa kemampuan yang tergabung menjadi satu. 
Ia mempunyai perasaan yang jauh lebih dalam daripada apa yang nampak pada wajahnya, dan ia memiliki kemampuan untuk menghargai karya seni yang tinggi dan hal-hal yang lebih baik dalam kehidupan. 
Orang Phlematic tidak akan kekurangan teman karena ia menyukai orang-orang dan mempunyai rasa humor yang sinis. Ia adalah tipe orang yang meskipun berada di tengah-tengah orang banyak yang “tertawa terbahak-bahak” tetapi justru tidak pernah atau sedikit tersenyum. 
Ia memiliki kemampuan yang unik dalam melihat sesuatu yang lucu pada orang lain dan di dalam hal-hal yang mereka lakukan. 
Ia memiliki ingatan yang baik dan kuat dan seringkali ia pandai sekali dalam menirukan sesuatu. Salah satu hal lain yang disukainya ialah “MENGGODA ATAU MEMPERMAINKAN ORANG YANG MEMILIKI TEMPERAMEN YANG LAIN”. 
Ia merasa jengkel dengan semangat yang berkobar-kobar dari orang Sanguine yang tidak pernah tenang dan tanpa tujuan, yang seringkali menghadapkan dia dengan kesia-siaan mereka.
Ia benci dengan kemurungan orang-orang Melancholy dan cenderung untuk mencemoohkannya. 
Ia senang sekali mematahkan rencana-rencana dan ambisi yang melangit dari orang Choleric. 
Ia cenderung untuk menjadi penonton dalam kehidupan ini dan berusaha untuk tidak terlalu terlibat dalam persoalan orang lain. 
Biasanya ia sangat segan untuk melakukan suatu kegiatan di luar hal-hal rutin yang dilakukannya setiap hari. Ini tidak berarti bahwa ia tidak dapat mengerti perlunya tindakan serta kesulitan-kesulitan orang lain. 
Mungkin orang Phlegmatic dan orang Choleric dapat samasama melihat suatu ketidakadilan sosial, tetapi reaksi mereka sama sekali berbeda. Jiwa Choleric yang penuh keberanian itu akan menyebabkan dia berkata, “Mari kita membentuk suatu panitia yang bertindak untuk mengatasi hal ini!”. Orang Phlegmatic mungkin lebih cenderung untuk menanggapinya dengan berkata “Wah, parah keadaannya!, mengapa tidak ada seorang pun yang bertindak untuk mengatasi hal ini?”
Orang Phlegmatic biasanya baik hati dan penuh perhatian, tetapi jarang sekali ia mengutarakan perasaannya yang sesungguhnya. Akan tetapi apabila sekali ia telah didorong untuk bertindak, akan terbukti bahwa ia adalah orang yang paling efisien dan memiliki kemampuan yang hebat.
Ia sendiri tidak akan mau memegang pimpinan, tetapi apabila ia diberi tugas sebagai seorang pemimpin, ia akan membuktikan diri sebagai seorang pemimpin yang mampu. 

Ia dapat menimbulkan suasana damai dan ia mempunyai sifat pembawaan suka mendamaikan orang. 
Kebutuhannya yang terutama ialah : Kasih, kebaikan, kelemah Lembutan, penguasaan diri dan Iman.
Dunia ini telah banyak diberkati oleh sifat-sifat orang Phlegmatic yang efisien. Ia dapat menjadi seorang diplomat, seorang akuntan, guru, pemimpin, ahli ilmu pengetahuan atau pekerja yang baik dalam suatu bidang yang membutuhkan ketelitian yang tinggi.

4. Melancholy
Orang Melancholy seringkali dilukiskan sebagai “temperamen yang suram atau murung”. Sebenarnya temperamen Melancholy adalah TEMPERAMEN yang PALING KAYA di antara tipe-tipe temperamen yang lain, oleh karena ia mempunyai sifat analitis, rela berkorban, berbakat, perfeksionis, dan memiliki emosi yang sangat sensitif. 

Dari keempat tipe temperamen, maka tipe Melancholy yang paling dapat menikmati karya-karya seni yang tinggi. 
Ia mempunyai sifat pembawaan yang introvert, tetapi karena perasaan-perasaannya lebih menguasai dirinya, maka keadaan hatinya cenderung untuk mengikuti perasaan hatinya yang berubah-ubah. Kadang-kadang perasaan hatinya mengangkat dia ke puncak kegembiraan sehingga membuat dia bertindak lebih ektrovert; namun pada saat lain ia merasa murung dan tertekan, dan pada saat-saat itu ia akan menjadi orang yang sangat pendiam dan sama sekali berlawanan dengan keadaan sebelumnya. 
Orang yang memiliki temperamen Melancholy adalah seorang teman yang SANGAT SETIA, tetapi tidak seperti orang Sanguine, ia SUKAR mendapat teman. Ia tidak mau mengajukan diri untuk menemui orang-orang tetapi ia lebih cenderung untuk membiarkan orang-orang DATANG kepadanya. 
Mungkin orang yang memiliki temperamen Melancholy adalah orang yang paling dapat DIPERCAYAI dibanding dengan orang yang memiliki tipe-tipe temperamen yang lain, karena kecenderungannya untuk mencapai yang sempurna tidak membiarkan dirinya mengabaikan pekerjaannya atau membiarkan orang lain kecewa bila mereka bergantung kepadanya. 
Sifat pembawaannya yang pendiam dan tidak mau menonjolkan diri itu bukan menandakan bahwa ia TIDAk menyukai orang lain. Sama seperti kebanyakan dari kita, ia tidak hanya menyukai orang lain, tetapi ia juga mempunyai keinginan yang kuat untuk DIKASIHI orang lain. 
Pengalaman-pengalaman yang mengecewakan membuat dia tidak untuk menilai seseorang berdasarkan apa yang tampak di luarnya, karena ia agak merasa CURIGA apabila ada orang yang
mencari-cari dia atau memberikan perhatian yang berlebihan kepadanya. 

Kemampuan yang hebat dalam menganalisa membuat dia dapat MEMPERKIRAKAN dengan tepat kemungkinan adanya halangan-halangan dan bahaya dalam setiap usaha yang direncanakannya. Sifat ini sangat bertentangan dengan sifat orang Choleric yang jarang sekali menyadari adanya persoalan-persoalan atau kesulitan-kesulitan, karena ia merasa YAKIN bahwa ia MAMPU mengatasi persoalan apa pun yang timbul. Sifat ini seringkali menyebabkan seorang Melancholy segan mengemukakan suatu gagasan baru atau menentang orang yang memprakarsai hal itu.
Kadang-kadang apabila ia sedang mengalami suasana hati dan emosi yang gembira atau penuh inspirasi, ia dapat menghasilkan suatu karya seni yang besar atau MENCETUSKAN suatu hasil pemikiran yang LUAR BIASA. Hasil-hasil tersebut seringkali diikuti dengan saat-saat depresi yang hebat. 

Orang Melancholy biasanya menemukan nilai hidup PALING berarti dalam PENGORBANAN diri.
Ia seakan-akan mempunyai keinginan untuk membuat dirinya sendiri menderita dan seringkali akan memilih lapangan pekerjaan yang sulit yang menuntut banyak pengorbanan diri. Sekali ia telah memilih pekerjaan, ia cenderung untuk bersikap sangat teliti dan tekun dalam mencapai tujuannya dan besar kemungkinan ia akan menyelesaikannya dengan sangat baik. 
Temperamen memiliki potensi yang paling hebat dibanding dengan tipe-tipe temperamen yang lain. Tetapi tipe temperamen yang PALING KUAT dan yang memiliki BANYAK potensi ini rupanya disertai dengan KELEMAHAN yang paling BANYAK. 
Seorang Melancholy dapat memanfaatkan kekuatannya sampai melebihi teman-temannya, atau ia dapat begitu dikuasai oleh kelemahan-kelemahannya sehingga ia menjadi seorang yang menderita GANGGUAN emosi, orang yang putus asa atau orang yang selalu sedih tanpa alasan, yang tidak pernah menyukai dirinya sendiri ataupun DISUKAI oleh orang lain. 
Banyak dari antara orang-orang yang berbakat besar di dunia ini yaitu para seniman, musikus, penemu, ahli filsafat, pendidik, dan ahli-ahli teori adalah orang-orang yang mempunyai temperamen Melancholy.

Macam-Macam Kurikulum


MACAM-MACAM KURIKULUM

 
Deskripsi singkat tentang kurikulum apa saja yang pernah dikembangkan dalam program pendidikan di negeri tercinta Indonesia. Salah satu konsep terpenting untuk maju adalah “melakukan perubahan”, tentu kita harapkan adalah perubahan untuk maju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu disertai dengan konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar tumbuh kebijakan yang bijaksana.
Perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :

A.      Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan bernama Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Perang 1947 baru diterpkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950.

Susunan Rencana Pelajaran  1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat dari pada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar pelajaran adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1. Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat besi berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif di isi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajaran jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuan agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP bisa langsung bekerja.


B.     Rencana pelajaran Terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Sukarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi : Moral, Kecerdasan, Emosional/Artistik, Keprigelan (keterampilan), dan Jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

C.     Kurikulum 1968

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis : mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran : Kelompok Pembinaan Pancasila, Pengetahuan Dasar, dan Kecakapan Khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja”, katanya. Muatan pelajaran bersifat tepritis, tak mengaitkan dengan pemasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan.


D.    Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (Management By Objective) yang terkenal saat itu”, kata Drs. Mudjito, Ak, Msi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “Satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi : petunjuk umum, Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.


E.      Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang dissempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang di uji cobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, disana-sini ada tempelan gambar, dan yang mencolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.


F.       Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses”, kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan Nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Hasilnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.


G.      Kurikulum 2004

Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru di uji cobakan, namun di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.


H.      Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006   

Awal 2006 uji coba KBK dihentikan. Munculah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan Kerangka Dasar (KD), Satandar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah dititipkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (Sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.


Senin, 06 Juni 2011

Pengendalian Paikiran, Iman dan Nafsu


PIKIRAN, IMAN, DAN NAFSU:
Rasa kekecewaan dan kebahagiaan hidup bersumber dari jenis-jenis nafsu yang bersarang dalam diri pribadi masing-masing. Untuk memperoleh kebahagiaan hakiki, manusia harus mampu mengendalikan hawa nafsu jeleknya.
Manusia sering diliputi keresahan, karena keinginan tidak terpenuhi. Pelbagai keinginan muncul karena dorongan kuat aneka nafsu yang melingkupinya. Jika keinginan tidak terpenuhi, timbul rasa gelisah alias tidak tenteram.
Ketenangan adalah kebutuhan hidup manusiawi yang didambakan semua insan. Ketenangan hakiki akan diperoleh seseorang jika ia mampu menaklukkan hawa nafsu dalam dirinya.

A. Naluri dan Hawa Nafsu
Naluri dan hawa nafsu merupakan fitrah yang dimiliki oleh semua makhluk hidup. Instinc untuk melindungi diri dari bahaya, memuaskan rasa lapar dan haus serta memenuhi libido merupakan hal yang dilakukan manusia karena terdorong oleh naluri dan nafsunya. Naluri dan hawa nafsu berjalan seiring sejalan dengan Sistem Alami Makhluk. Selama sistem alami makhluk bekerja dengan baik, rasa lapar timbul, kemudian terpenuhi dengan makan, rasa haus timbul dan terpenuhi dengan minum dan seterusnya.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sistem alami makhluk pada manusia dengan yang terdapat pada hewan; meski pada prinsipnya sama. Sistem alami hewan; terutama hewan yang hidup di alam bebas, sangat terikat dengan alam sekitarnya sehingga terbatasi oleh keseimbangan alam yang dikenal dengan ekosistem. Seekor singa tidak akan membuat zebra menjadi punah karena begitu banyaknya singa itu makan. Begitu pula rumput tidak akan punah karena begitu banyaknya zebra makan rumput. Hewan hanya makan untuk mempertahankan eksistensi hidupnya di bumi. Sekedar memenuhi nalurinya untuk bertahan hidup. Begitu pula dengan masalah sex. Hewan melakukan hubungan sex hanya pada musim kawin saja. Musim kawin itu hanya satu atau dua bulan dalam satu tahun. Hewan melakukan hubungan sex juga hanya untuk satu fungsi yaitu reproduksi dan mempertahankan populasinya di bumi ini.
Berbeda dengan manusia. Manusia adalah penyebab utama kepunahan hewan dan kehancuran ekosistem di bumi ini. Manusia bisa makan bukan untuk bertahan hidup tetapi untuk memenuhi selera atau nafsu makannya. Begitu pula dalam masalah seks. Manusia melakukan hubungan seks tidak mengenal musim. Musim hujan, musim kemarau, musim durian, musim rambutan, musim layangan, musim pancaroba, manusia tetap dapat melakukan hubungan seks asalkan sistem alami dalam dirinya bekerja dengan baik. Manusia melakukan hubungan seks dan makan karena memenuhi dua fungsi yaitu reproduksi dan rekreasi.

B. Iman dan Akal Budi
Pada dasarnya setiap manusia diberi fitrah akal budi. Dalam ilmu jiwa, akal budi ini merupakan unsur dari “Fungsi Luhur” yang diatur dalam satu bagian dalam otak manusia. Fungsi luhur inilah yang dalam ilmu jiwa membedakan manusia dengan hewan. Dalam akal budi ini dasar pondasi bangunan suara hati atau nurani terbentuk. Hati nurani itu berkembang seiring dengan perkembangan diri dan pendidikan serta pengalaman hidup seseorang.
Namun akal budi ini tidak cukup kuat untuk mengendalikan dorongan dari id atau hawa nafsu dalam sistem alami manusia. Hati nurani nurani saja tidak akan mampu menangkal kombinasi antara nafsu dan godaan dari luar. Akal yang dimiliki manusia justru malah dapat membuat manusia merajalela karena akal tersebut digunakan untuk memuaskan dan mengembangluaskan hawa nafsunya belaka. Banyak contoh alat atau sarana dan prasarana pemuas nafsu yang diciptakan oleh manusia secara kreatif.
Akal budi baru akan dapat mengendalikan atau menyaring hawa nafsu apabila diiringi dengan iman. Hanya makhluk berakal budi yang dapat beriman. Namun tidak semua yang berakal budi itu pasti beriman. Iman kepada Pencipta-nya. Orang bisa beriman karena tuntutan bawah sadarnya. Dorongan dari dalam kalbu dan hatinya. Jika dia hanya di alam pikiran saja berimannya, maka digolongkan sebagai kaum munafik. Namun saya pribadi percaya bahwa iman adalah petunjuk. Hanya orang yang diberi petunjuk yang dapat beriman.
Iman tidak bisa berdiri sendirian. Iman bersanding dengan ilmu dan ilmu bersanding dengan amal. Beriman tanpa pengetahuan agama, beribadah tanpa tuntunan, akan mengakibatkan taklid buta atau iman yang tidak abadi. Iman yang sementara. Iman harus diiringi dengan pengetahuan agama yang memadai. Selanjutnya iman dan ilmu itu harus diwujudkan dalam amal dan perbuatan. Sehingga baru lengkaplah iman itu. Iman, ilmu dan amal yang terwjud menjadi suatu pola hidup, gaya hidup merupakan sistem tersendiri yang memberi pengaruh besar pada alam bawah sadar dalam diri manusia. Apapun agamanya, asalkan tidak sesat, dapat memberikan pengaruh atau bahkan perubahan besar pada diri manusia. Namun syaratnya harus masuk dalam hati sanubari dan selaras antara iman, ilmu dan perbuatan.
Orang beragama sejak kecil umumnya diindoktrinasi oleh para rohaniwan dari berbagai agama untuk selalu mengutamakan iman dibandingkan akal budi ketika mereka sedang menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan mereka, atau ketika mereka sedang mencari pengetahuan objektif yang dapat diandalkan bagi kehidupan manusia.
. Pikiran yang membuta adalah pikiran yang tidak di-manage dengan benar menuju suatu pencerahan. Dengan memandang dan memperlakukan iman sebagai pikiran, maka ketika kita menyatakan suatu ketidaksetujuan atau perlawanan kita terhadap suatu perilaku beriman seorang atau sekelompok orang beragama yang tidak betul atau yang mengancam kesehatan dan keutuhan masyarakat, kita bukan sedang berperkara dengan Allah Yang Mahakuasa yang diklaim melindungi kelompok ini, melainkan dengan pikiran-pikiran insani mereka yang keliru. Pikiran-pikiran mereka keliru karena mereka telah lama diindoktrinasi dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan dan anti-sains, dan yang karenanya membahayakan dan memecahbelah masyarakat dan mengancam peradaban manusia yang dibangun di atas rasionalitas manusia.


MOTIVASI ADALAH KEBUTUHAN

MOTIVASI SEBAGAI DASAR KEBUTUHAN:
M. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa, motivasi adalah “pendorongan” yaitu suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Tujuan motivasi adalah menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu hingga dapat memperolah hasil atau tujuan tertentu
Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung menjadi lebih pintar sewaktu mereka dewasa, namun perbedaan motivasi berprestasi individu sudah dapat diketahui sejak seseoran berusia lima tahun dan yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah hubungan antara orangtua denan anak.
Pada dasarnya motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia.
CONTOH:
Kita tahu bahwa masa muda masa yang sangat labil. Mudah dipengaruhi oleh banyak faktor baik positif maupun negatif. Biasanya faktor negatiflah yang lebih cepat diserap oleh kawan-kawan kita yang lainnya. Ini tentu berakibat buruk terhadap kehidupan dimasa yang akan datang. sebagai generasi muda yang masih diberi kesadaran kiranya untuk selalu saling mengingatkan akan bahaya-bahaya pergaulan bebas di atas, pergaulan negatif di atas. Jangan sampai kita jadi korban namun kita sendiri tidak merasa bahwa kita jadi korban. Kita harus punya prinsip dalam hidup, kita harus mandiri dan mampu membawa diri sehingga bukan kita yang menjadi korban jaman, bukan kita yang menjadi korban lingkungan. tetapi mari kita menjadi generasi yang justru mampu membawa perubahan bagi masyarakat.

Sebagai generasi muda, banyak potensi yang bisa kita kembangkan. Banyak potensi yang bisa kita optimalkan. Bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk kita sendiri. Untuk kebaikan kita dimasa yang akan datang.