Minggu, 23 September 2012

Belajar Dan Mengajar Kreatif


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan ingin mendalami bahan yang dipelajari. Belajar kreatif tidak hanya menyangkut perkembangan kognitif (penalaran), tetapi juga berhubungan erat dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan. Agar perilaku keatif dapat terwujud, baik kognitif maupun afektif perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses belajar.
            Dalam proses belajar kreatif digunakan baik proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat).
Berikut ini akan membahas mengenai cara belajar dan mengajar kreatif, dengan pembahasan sebagai berikut:
  1. Menciptakan lingkungan kelas untuk merangsang belajar kreatif
  2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan untuk merangsang belajar kreatif
  3. Memadukan perkembangan kognitif dan afektif






BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Menciptakan Lingkungan di dalam Kelas yang Merangsang Belajar            Kreatif
Menurut Feldhusen dan Treffinger (1980), suatu lingkungan kreatif dapat tercipta dengan :
           Memberikan pemanasan
            Sebelum memulai kegiatan yang menuntut perilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran, perlu lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) dikalangan para siswa.
            Di perlukan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa. Cara lainnya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.
           Pengaturan fisik
            Salah satu suasana belajar kreatif adalah dengan memperhatikan pengaturan fisik di dalam kelas. Misalnya untuk kegiatan-kegiatan tertentu sepertidiskusi dalam kelompok-kelompok kecil para siswa duduk dalam lingkaran. Jika kelompoknya lebih besar, anak-anak dapat menyisihkan bangku-bangku dan duduk di lantai.
           Kesibukan di dalam kelas
            Ruang kelas diusahakan menjadi ruang sumber dengan banyak sumber-sumber yang mengundang siswa untuk membaca, menjajaki, dan meneliti. Alangkah baiknya jika ada perpustakaan kecil di dalam kelas dan bahan-bahan atau peralatan yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan-kegiatan konstruktif.
           Guru sebagai fasilitator
            Sebagai fasilitator guru mendorong siswa (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Ia tidak cepat memberikan kritik, tetapi memberikan dukungan dan rangsangan bila perlu. Guru harus terbuka dan dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa (menerima disini berarti terbuka dan berusaha memahami).
            Suasana dalam kelas hendaknya mendukung kerjasama untuk mencapai tujuan bersama, disamping kegiatan belajar sendiri. Setiap anak harus merasa bebas mengungkapkan gagasan-gagasan yang lain dari apada yang lain. Anak-anak tertentu membutuhkan dukungan, dorongan, dan waktu yang cukup untuk memikirkan suatu masalah.
Jadi, dalam peran sebagai fasilitator seorang guru harus :
a.         Mendorong belajar mandiri sebanyak mungkin
b.         Dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa
c.         Memupuk siswa (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif       dan untuk memberikan penilaian diri sendiri
d.         Berusaha menghindari pemberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide          yang biasa
e.         Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecepatan antar siswa dalam    kemampuan memikirkan ide-ide baru.

2.2.   Mengajukan dan Mengundang Pertanyaan
            Dalam proses belajar mengajar, di perlukan ketrampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya
a.         Teknik bertanya
            Agar siswa menjadi pemikir yang baik, guru harus memberikan sesuatu untuk dipikirkan. Metoda untuk membantu anak berpikir adalah dengan mengajukan pertanyaan kepadanya.
            Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk:
1.         Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
2.         Menilai persiapan siswa dan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
3.         Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan
4.         Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru
5.         Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
6.         Merangsang pemikiran kritis dan penngembangan sikap bertanya
7.         Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar.

b.         Metode diskusi
            Melalui metoda diskusi, anak dapat pengalaman dan latihan mengungkapkan diri secara lisan dan berkomunikasi dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah. Diskusi memungkinkan pengembangan penalaran, pemikiran kritis dan kreatif, serta kemampuan memberikan pertimbangan dan penilaian.
            Dalam metoda diskusi, peran guru sangat menentukan keberhasilan. Terutama bagi anak berbakat, hendaknya guru dapat menghindari peran sertanya yang terus menerus agar prakarsa dan kemandirian  anak dapat lebih berkembang. Disinipun guru berperan sebagai fasilitator, yang mengenalkan masalah kepada siswa dam memberikan informasi seperlunya  yang mereka butuhkan untuk membahas masalah. Guru perlu memahami keseimbangan antara saat peran sertanya dan saat menarik diri. Menyerahkan sepenuhnya kepada siswa untuk berdiskusi juga kurang membuahkan dampak yang diinginkan. Siswa tetap memerlukan  bimbingan dan pengarahan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
c.         Metode Inquiry-Discovery
            Pendekatan  inquiry  (pengajuan pertanyaan, penyelidikan), dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry. Pertama, adanya kesadaran bahwa adanya masalah. Hal ini merupakan motivasi siswa. Tahap kedua, merumuskan masalah. Pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan – gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Tahap ketiga adalah tahap mencari atau menjajaki  (searching ). Pada tahap ini pertanyaan dan informasinya dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Pendekatan inquiry adalah teknik pemikiran divergen. Mengajar inquiry-discovery merupakan metode mengajar yang tak langsung. Guru menjadi  pengarah dan rasilitator yang harus memberikan informasi dan bahan sesuai dengan kebutuhan siswa akan informasi yang relevan ( bersangkut – paut ) dengan tugas . pokok – pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam pengalaman belajar inquiry adalah :
1)         Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan   mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara lain dengan             penggunaan media, bermain peran, dan demonstrasi.
2)         Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan     ( eksplorasi )
3)         Sediakan sumber – sumber  informasi dengan memanfaatkan sumber – sumber yang ada dalam masyarakat.
4)         Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen                   ( percobaan )
5)         Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen ,mencoba–coba, dan    sebagainya.
6)         Berilah bimbingan dan penguatan ( reinforcement ) terhadap gagasan dan         hipotesis siswa.
7)         Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat      diterima dan terhadap strategi pemecahan.
d.         Mengajukan pertanyaan yang menantang (Provokatif)
            Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang menantang ( provokatif ), antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan–kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi tidak terjadi; atau dengan menanyakan kemungkinan–kemungkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan–kemungkinan akibatnya  andaikata kejadian atau situasi itu terjadi disini dengan mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang menantang siswa dirangsang mengimajinasi gagasan baru, atau menjajaki kemungkinan–kemungkinan akibat dari suatu keadaan. Siswa dituntut membuat ramalan ( prediksi ), dugaan, dan melahirkan pemikiran mengenai hal–hal yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, sangatlah penting pendidik mendorong proses pemikiran yang tidak hanya mengenai data yang sudah ada, tetapi juga mengenai  kemungkinan–kemungkinan yang terbuka, mengenai daya imajinasi dan kreativitas, sehingga anak kelak tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi juga pemikir,  penemu, pencipta, dan inovator .

2.3.   Memadukan Perkembangan Kognitif (Berfikir) dan Afektif                                  (Sikap dan Perasaan)
            Para ahli pendidikan dan psikologi makin menyadari bahwa pengajaran di sekolah pada umumnya terbatas pada penalaran verbal dan pemikiran logis, pada tugas-tugas yang hanya menuntut pemikiran konvergen (yaitu pemikiran menuju satu jawaban tunggal, seperti : Berapa 3 + 4 ?
            Berpikir devergen atau berfikir kreatif (yaitu memikirkan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan, anak kurang dirangsang berfikir, bersikap, dan berprilaku  kreatif.
a.         Ciri-ciri Kemampuan Berfikir Kreatif (Aptitude)
1) KETRAMPILAN BERFIKIR LANCAR
a) Definisi
·                   mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah.
·                   memberi banyak cara untuk melakukan berbagai hal.
·                   selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b) Perilaku siswa
·                   mengajukan banyak pertanyaan.
·                   menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
·                   mempunyai banyak gagasan .
·                   bekerja lebih cepat.

2) KETRAMPILAN BERFIKIR LUWES (FLEKSIBEL)
a) Definsi
·                   menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
·                   dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda
·                   mencari banyak alternative.
·                   mampu mengubah cara pemikiran.


b) Perilaku siswa
·                   memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek.
·                   memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu masalah.
·                   menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda.
·                   mampu mengubah arah berfikir secara spontan.

3) KETRAMPILAN BERFIKIR ORISINAL
a) Definisi
·                   mampu melahirkan ungkapan yang baru.
·                   memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
·                   mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dari unsur-unsur.
b) Perilaku siswa
·                   memikirkan masalah yang tidak pernah terpikirkan orang lain.
·                   berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
·                   memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.
·                   lebih senang mensintesis dari pada menganalisa situasi.

4) KETRAMPILAN MEMPERINCI (MENGELABORASI)
a) Definisi
·                mampu memperkaya suatu gagasan .
·                menambah detail-detail dari suatu obyek sehingga menjadi lebih menarik.
b) Perilaku siswa
·                   mencari arti yang lebih mendalam  terhadap jawaban dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
·                   mengembangkan gagasan orang lain.
·                   mencoba untuk melihat arah yang akan ditempuh.
·                   mempunyai rasa keindahan yang kuat.
·                   menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail terhadap gambarnya sendiri    atau orang lain.

5) KETAMPILAN MENILAI  (MENGEVALUASI)
a) Definisi
·                   menentukan patokan  penilaian sendiri .
·                   mampu mengambil  keputusan terhadap situasi yang terbuka.
·                   tidak hanya mencetuskan gagasan tapi juga melaksanakannya.
b) Perilaku siswa
·                memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri.
·                menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.
·                menganalisis masalah secara kritis dengan selalu menanyakan “ Mengapa?
·                merancang suatu rencana kerja dari gagasan–gagasan yang tercetus.
·                menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

b.         Ciri-ciri Afektif (Nonaptitude)
1) RASA INGIN TAHU
a) Definisi
·                selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak.
·                mengajukan banyak pertanyaan.
·                   selalu memperhatikan orang, obyek, dan situasi.
·                   peka dalam pengamatan dan ingin meneliti.

b) Perilaku siswa
·                mempertanyakan segala sesuatu.
·                senang menjajaki buku-buku, peta dan gambar untuk mencari gagasan baru.
·                menggunakan semua panca indranya untuk mengenal.
·                tidak takut menjajaki bidang-bidang baru.
·                ingin mengamati perubahan-perubahan dari kejadian-kejadian.
·                ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik.

2) BERSIFAT  IMAJINATIF
a) Definisi
·                mampu memperagakan hal-hal yang tidak pernah terjadi.
·                menggunakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan.
b) Perilaku siswa
·                memikirkan hal-hal yang belum pernah terjadi .
·                meramalkan apa yang akan dilakukan orang lain.
·                mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi.

3) MERASA TERTANTANG OLEH KEMAJEMUKAN
 a) Definisi
·                Terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit
·                Merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit
·                Lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit
 b) Perilaku Siswa
·                Menggunakan gagasan/ masalah–masalah yang rumit
·                Melibatkan diri dalam tugas-tugas yang majemuk
·                Tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan kadaannya
·                Mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain
·                Tidak cenderung mencari jalan tergampang
·                Berusaha terus menerus agar berhasil
·                Mencari jawaban-jawaban yang lebih sulit/ rumit dari pada menerima yang mudah
·                Senang menjajaki jalan yang lebih rumit

4) SIFAT BERANI MENGAMBIL RESIKO
 a) Definisi
·                Berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar
·                Tidak takut gagal/ mendapat keritik
·                Tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak             konvensional/ yang kurang berstruktur
 b) Perilaku Siswa
·                Berani mempertahankan gagasan walaupun mendapat kritik
·                Bersedia mengakui kesalahannya
·                Berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal
·                Berani mengajukan pertanyaan
·                Tidak dipengaruhi orang lain dan berani  mencoba hal-hal baru

5) SIFAT MENGHARGAI
 a) Definisi
·                Dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup
·                Menghargai kemampuan dan bakat sendiri yang sedang berkembang
 b) Perilaku Siswa
·                Menghargai hak-hak sendiri dan hak orang lain
·                Menghargai diri sendiri dan perstasi sendiri
·                Menghargai makna orang lain
·                Menghargai keluarga, sekolah dan teman-teman
·                Menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab
·                Menghargai kesempatan yang diberikan
·                Senang dangan penghargan terhadap dirinya
            Dari daftar ini nyata bahwa pihak pendidikan (sekolah maupun dirumah) harus ada kerja sama yang baik dalam pembinaan keterampilan bakat kreatif siswa agar ada keseimbangan antara  keterampilan berpikir kreatif, dengan ciri-ciri afektif-kreatif dan pembentukan sikap, perasaan serta ciri-ciri kepribadian yang mencerminkan kreativitas yang perlu dipupuk.

c.         Menggabung Pemikiran Divergen Dan Konvergen
Pengertian Pemikiran  konvergen:
            Menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan sudah tidak asing bagi siswa SD.kebanyakan soal / masalah yang di berikan disekolah mentuntut siswa untuk dipecahkan dengan memberikan satu jawaban yang benar.
Pengertian  Pemikiran Divergen:
            Pemikiran  kreatif sebaliknya menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan.
            Berikut  ini akan dikemukaan beberapa contoh bagaimana Guru di dalam kelas dapat menggabungkan tugas-tugas yang menggabungkan pemikiran  konvergen dengan dengan pemikiran Divergen/kreatif dan  tugas-tugas yang menggabungkan proses berpikir dengan  proses afektif ( sikap, perasaan ).
Contoh:
1.         Pada pelajaran MTk, siswa harus menyelesaikan soal : 6 X 6 = 36  ( berpikir konvergen ).
Kemudian mereka diminta untuk menuliskan kemungkinan–kemungkinan perkalian lain, yang menghasilkan jawaban 36 ( berpikir Divergen ).
Seperti :
2X 18
3x 12 etc…
  1. Pada pelajaran Geografi, siswa harus memikirkan melalui jalan (Rute ) mana saja orang dapat pergi dari Jakarta ke Yogyakarta ( berpikir Divergen ). Dari semua rute  ini siswa  harus menganalisa yang mana  merupakan rute yang paling dekat ( berpikir Konvergen ).

d.         Menggabung Proses Berpikir  Dengan Proses Afektif
            Setelah  mengetahui ciri-ciri Aptitude (berpikir ) dan cirri-ciri Non Aptitude (Afektif ) dari kreativitas, dalam merancang kegiatan belajar Guru dapat membuat kombinasi antara proses berpikir dan proses afektif.
Contoh :
1.         Berpikir lancar digabungkan dengan rasa ingin tahu.
Siswa yang ingin tahunya kuat akan dapat menghasilkan gagasan / cara pemecahan masalah dengan lancar.
2.         Orisinalitas dalam berpikir akan paling berhasil jika siswa tidak ragu-ragu  dan berani mengemukakan mendapat yang berbeda dari yang biasanya dikemukakan siswa-siswa lain.
3.         Berpikir  luwes (fleksibel )  menuntut daya imajinasi.
Misalnya siswa diminta untuk memikirkan kapur yang digunakan guru untuk menulis dipapan tulis dapat dipakai untuk apa saja,dari segi yang tidak lazim.
4.         Elaborasi ( pemerincian ) dikaitkan dengan Apresiasi ( penghargaan )
Misalnya seorang siswa mempunyai gagasan untuk memperindah ruang kelas dengan menempatkan pot-pot bunga dibeberapa tempat dikelas.
5.         Kombinasi antara berpikir lentur dan daya imajinas.
 Guru memberikan suatu cerita yang belum ada penyelesaiannya,lalu para siswa diminta menggabungkan imajinasinya untuk memikirkan beberapa akhir cerita yang berbeda-beda.
6.         Kombinasi antara berpikir lancar dan rasa ingin tahu.
Siswa diminta mencari sebanyak mungkin sinonim (kata  dengan arti yang sama ) untuk kata  tertentu dengan mengunakan kamus / tanpa kamus ( misalnya sinonim untuk indah : bagus,permai ).
7.         Kombinasi antara Orisinalalitas dalam berpikir dan  keberanian mengambil         resiko.
Siswa diminta memikirkan jabatan / pekerjaan yang ia minati tetapi biasanya jarang dipilih oleh anak-anak lain dari jenis kelamin yang lain. Tugas ini menuntut keberanian siswa  memilih sesuatu yang tidak lazim dilakukan oleh kaum sejenisnya, karena mungkin ia akan diejek / ditertawakan anak-anak lain, dalam hal ini tentunya Guru  perlu memberi penjelasan bahwa pada dasarnya tidak ada jabatan / pekerjaan yang “ tidak pantas“, asal pekerjaan itu dilakukan dengan jujur dan baik serta tidak merugikan orang lain.
            Demikian dalam banyak hal yang dapat dilakukan Guru kelas untuk meningkatkan kreativitas siswanya tanpa memerlukan banyak peralatan / bahan yang mahal. Yang penting ialah  guru sendiri harus senang, dalam artian merasa terdorong, mencari variasi tugas-tugas belajar. Dengan memberikan tugas-tugas yang bervariasi siswa tidak akan bosan dan akan merasa tertantang melakukan tugas-tugas yang menarik baginya.

















PENUTUP

            Dalam memecahkan masalah secara praktis dan kreatif, tidak cukup untuk hanya mengemukakan macam-macam gagasan atau menghasilkan sejumlah kemungkinan penyelesaian masalah. Kemampuan anak untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan juga perlu dilatih.
            Jika pendidikan lebih melibatkan tehnik inquiry dan pemecahan masalah secara kreatif, maka para siswa akan menjadi lebih produktif dan percaya pada diri sendiri. Guru hendaknya tidak terlalu cepat memberikan penilaian terhadap anak, apalagi yang berisifat kritik, karena ini dapat dirasakan sebagai ancaman oleh siswa.
            Kondisi lingkungan  yang dapat memupuk kreativitas konstruktif dari anak didik ialah di mana anak merasa aman dan bebas untuk mengungkapkan dan mewujudkan dirinya (Rogers, 1952). Memberi kebebasan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya tidak berarti bahwa pendidik harus memperbolehkan anak untuk berlaku bebas tanpa mengindahkan arang lain atau lingkungannya.



  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar