Add |
1. Pengertian Perasaan
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif.
Unsur-unsur perasaan adalah sebagai berikut.
· Bersifat subyektif daripada gejala mengenal.
· Bersangkut paut dengan gejala mengenal.
· Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatanya tidak sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidsak sama dengfan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama. Sebagai contoh ada 2 (dua) orang bersama-sama menyaksikan pementasan drama. Seorang diantaranya menanggapi pementasan para pemeran tersebut dengan rasa kagum dan senang, singkatnya dia menilai penampilan pementasaan drama itu sangat sempurna, tapi seorang yang lain menanggapi pementasan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya pementasan itu biasa-biasa saja dan tidak menarik.
Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengam,atan, fikiran dan sebaginya. Perasaan tidak merupakan suatu gajala kejiwaan yang terdiri sendiri, tetapi bersangkut paut dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal.
Gejala perasaan bergantung pada:
a. Keadaan jasmani, misal badan dalm keadaan sakit, perasaan mudah tersinggung dari pada badan dalam keadaan sehat dan segar.
b. Pembawaan, ada orang yang pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal
perasaannya.
c. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Keadaan yang dpat memengaruhi
perasaan dapt memberikan orak dalam perkembangan perasaan.
Perasaan selain bergantung kepada stimulus yang datang dari luar, perasaan juga bergantung kepada :
a. Keadaan jasmani individu yang bersangkutan.
b. Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
c. Keadaan individu pada suatu waktu, atu keadaan yang temporer seseorang.
2. Tiga Dimensi Perasaan Menurut Wundt
Menurut Wundt, perasaan tidak hanya dapat dialami individu sebagai perasaan senang atau tidak senang, tetapi masih dapat dilihat dar dimensi lain. Memang salah satu segi perasaan itu dialami sebagai perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenagkan. Hal ini dinyatakan oleh Wundt sebagai dimensi yang pertama. Disamping itu masih terdapat dimensi lain bahwa perasaan itu dapat dialami sebagai suatu hal yang "exited" atau sebagai "inert feeling", hal ini oleh Wundt dipergunakan sebagi dimensi yang kedua.disamping itu masih adanya dimensi lain yang dipegunakan sebagai dimensi yang ketiga yaitu "expextancy" dan "release feeling".
Sehubungan dengan soal dan waktu dan perasaan, Strens juga membedakan perasaan dalam tiga golongan yaitu.
a. Perasaan-perasaan presens, yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.
b. Perasaan-perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadian-kejadiaan yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
c. Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau melihat kebelakang yang telah terjadi.
3. Perasaan dan Gejala-Gejala Kejasmaniaan
Gejala perasaan tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut paut dengan gejala-gejala jiwa yang lain bahkan perasaan dengan keadaan tubuh ini memang tidak dapat dipisahkan, contoh:
Kalau ada orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan. Gerakan ini tidak lain dari ungkapan perasaan untuk memperjelas apa yang dikatakan. Orang yang sedang menghormati orang lain, biasanya disertai dengan gerakan tangan.
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat berwujud:
1. Mimik, gerak roman muka
2. Pantomimic, gerakan-gerakan anggota badan bagi orang bisu tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang
termasuk mimik dan pantomimik.
3. Gejala pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi pucat dan sebagainya.
4. Macam-Macam Perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adnya perasaan yang tinggi dan perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya suatu klasifikasi dari perasaan.
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:
a. Perasaan tingkat sensoris
Perasaan ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panis, dingin.
b. Perasaan ini bergantung kapada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan sebagainya.
c. Perasaan kejiwaan. Perasaan ini merupakan perasaan saperti rasa gembira, susah, takut.
d. Perasaan kepribadian.
Perasaan ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri prasaan putus asa , perasaan puas (Bigot, Kohstamm, palland, 1950)
Disamping itu konstamm memberikan memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:
a. Perasaan keinderaan
Perasaan ini adalah perasaan yang berhubung dengan alat-alat indera, misalnya perasaan yang berhubungan
dengan pencecapan, umpamanya asam asin, pahit, manis; yang berhubungan dengan baud an sebagainya.
Juga termasuk dalam hal ini perasaan-perasaan lapar, haus, sakit, lelah dan sebagainya.
b. Perasaan kejiwaan
Dalam golongan ini perasaan masih dibedakan lagi atas:
1) Perasaan intelektual
Perasaan ini merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan intelektual, yaitu perasaan yang timbul bila orang dapat memecahkan sesuatu soal, atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasil kerja dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga dapat merupakan suatu mendorong atau dapat memotivasi individu dalam berbuat; perasaan ini juga dapat merupakan motivasi dalam lpangan ilmu pengetahuan.
2) Perasaan Kesusilaan
Perasaan kesusilaan timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan perasaan yana positif, sedangkan hal-hal yang buruk akan menghasilkan menimbulkan perasaan yang negatif.
3) Perasaan Keindahan
Perasaan ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau yang jelek. Yang indah menimbulkan perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan yang negatif.
4) Perasaan Kemasyarakatan
Perasaan ini timbul dalam hubungan dengan orang lain. Kalau orang mengikuti keadaan orang lain, adanya perasaan yang menyertainya. Perasaan dapat bermacam-macam coraknya, misalnya benci atau antipasti, senang atau simpati.
5) Perasaan Harga Diri
Perasaan ini merupakan perasaan yang menyertai harga diri seseorang. Perasaan ini dapat positif, yaitu kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan harga diri lebih. Tetapi perasaan ini juga dapat bersifat negatif, yaitu bila orang mendapatkan kekecewaan. Ini dapat menimbulkan rasa harga diri kurang.
6) Perasaan Ketuhanan
Perasaan ini berkaitan dengan kekuasaan Tuhan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan adalah dianugerahkannya kemapuan mengenal Tuhannya. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling mulia dan luhur. Kemampuan yang demikian ini tidak terdapat dalaam diri binatang. Walaupun binatang itu sendiri dapat berpikir (dalam bentuk sederhana), tetapi tidak mampu hidup beragama. Oleh karena itu, pemilihan pola hidup religious adalah merupakan keputusan pribadi yang paling asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai taufan kehidupan.
5. Affek dan Stemming (Suasana Hati)
Akan peristiwa psikis dapat diarikan sebagai rasa ketegangan hebat kuat, yang timbul dengan tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya, pribadi yang dihinggapi affek tersebut tidak mengenal atau tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya.
Wilhelm Wundt. Tokoh psikologi eksperimental dalam sebuah analisis intropeksi telah menemukan affek dalam 3 komponen, yaitu:
a. Affek yang disertai perasaan senang dan tidak senang.
b. Affek yang menimbulkan kegiatan jiwa atau melemahkan.
c. Affek yang berisi penuh ketegangan dan affek penuh relaks (mengendorkan).
Sedangkan Immanuel Kant membagi affek tersebut dalam dua ketegori, yaitu:
a. Affek Sthenis (sthenos = kuat, perkasa) dengan mana individu menyadari kemampuan dan kekuatan tenaganya, sehingga aktivitas jasmani dan rohani bias dipertinggi.
b. Affek Asthenis, ialah affek yang membawa perasaan kehilangan kekuatan, sehingga aktifitas fisik dan psikisnya terlumpuhkan karenanya.
Stemming atau suasana hati dapat diartikan sebagai suasana hati yang berlangsung agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri perasaan senang atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati itu pada umumnya ada dalam bawah sadar, namun ada kalanya juga disebabkan oleh factor jasmaniah. Jika suasana hati ini konstan sifatnya, maka peristiwa ini disebut "humeur".
6. Simpati dan Empati
Simpati ialah Sesuatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain.
Dengan kata lain, suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan sesuatu yang sedang dirasakan oleh orang lain. Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama, atau karena berasal dari daerah yang sama, dan sebagainya.
Gejala perasaan yang berlawanan dengan simpati ialah antipati. Gejala perasaan ini menunjukna ketidaksenangan kepada orang lain. Ketidaksenangan ini dapat berujud suatu kebencian. Dari kebincian ini terdapat unsur berlawanan atau bermusuhan. Antipasti ini timbul karena bermacam-macam sebab seperti halnya sempati.
Empati ialah sesuatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut.
Karena empati, orang mengunakan perasaannya dengan effektif dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain.
7. Masalah-Masalah Praktis.
a. Fungsi Perasaan
1) Mempunyai pengaruh yang besar kepada setiap perbuatan dan kemaun.
2) Perasaan itu cepat dan mudah menular.
3) Menyangkut perasaan indriawi seperti panas, dingin, sejuk, sedap dan lain-lain, juga perasaan vital. Perlu dilakukannya pembiasan demi pengembangan kepribadian.
4) Seyogyanya senantiasa ditumbuhkan perasaan intelektual dalam upaya membangkitkan motivasi.
5) Gangguan yang serius dan kronis pada kehidupan perasaan dapat mengakibatkan timbulnya tingkah laku abnormal dan gejala neurosa.
b. Emosi dan Perkembangan Pribadi.
Karena emosi berpengaruh terhadap kejiwaan, berarti berpengaruh juga tehadap kemuan dan perbuatan. Maka gejala jiwa itu berpengaruh juga terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi.
1) Kekuatan perasaan dapat diperkuat dan dapat diperlemah. Kemungkinan semacam itu memberikan kesempatan yang baik kepada usaha-usaha pendidikan.
2) Pendidikan perasaan adalah sangat penting. Usahakanlah suasana dan rangsang-rangsang yang
dapat membangun dan mengembangkan perasaan yang baik dan luhur, dan tiadakanlah keadaan yang merangsang timbulnya perasaan-perasaan rendah dan negative,
3) Karena emosi mempunyai sifat menjalar/menular/merembet, maka jangan membawakan emosi-emosi yang negative dalam hubungannya dalam sesama, baik dalam pergaulan pendidikan maupun dalam pergaulan pada umumnya.